Wedang Ronde sebagai Akulturasi Budaya Tionghoa dan Budaya Jawa

Authors

  • Yusuf Bagus Damara Manajemen Industri Katering, Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
  • Rahmah Ayu Manajemen Industri Katering, Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
  • Shaufia Hasni Aziza Manajemen Industri Katering, Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
  • Ika Nur Fadilah Manajemen Industri Katering, Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
  • Supriyono Supriyono Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia

Keywords:

Akulturasi, Tionghoa, Jawa, Wedang Ronde, Kebudayaan

Abstract

Wedang Ronde merupakan salah satu contoh nyata adanya akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa. Hidangan ini berasal dari Tangyuan, makanan khas Tiongkok yang biasanya disajikan pada perayaan Festival Dongzhi. Melalui proses adaptasi di Pulau Jawa, Wedang Ronde mengalami perubahan dari segi bahan dan penyajiannya, dengan penambahan unsur-unsur lokal seperti jahe, pandan, dan gula merah. Penyesuaian ini dilakukan untuk memenuhi selera dan ketersediaan bahan. Meski begitu Wedang Ronde tetap mempertahankan makna simbolis Tangyuan sebagai lambang keharmonisan keluarga, sekaligus mencerminkan keanekaragaman budaya di Indonesia. Akulturasi ini tidak hanya terlihat dari bahan dan penyajian, tetapi juga dari fungsinya sebagai bagian dari perayaan tradisional Imlek di Indonesia. Wedang Ronde kini menjadi ikon hidangan yang menghubungkan dua budaya dan memperkaya tradisi kuliner lokal.

Downloads

Published

08-12-2024

How to Cite

Damara, Y. B., Ayu, R., Aziza, S. H., Fadilah, I. N., & Supriyono, S. (2024). Wedang Ronde sebagai Akulturasi Budaya Tionghoa dan Budaya Jawa. Jurnal Pendidikan Tambusai, 8(3), 46924–46928. Retrieved from http://jptam.org/index.php/jptam/article/view/22912

Issue

Section

Articles of Research

Citation Check