Makna Teks Ende Bue Bue Papodom Anak pada Masyarakat Mandailing di Kabupaten Tapanuli Selatan
Keywords:
Musik, Ende, Tapanuli Selatan, Mandailing, FolklorAbstract
Ende Bue-bue Papodong Anak, nyanyian pengantar tidur khas Mandailing, bukan sekadar alunan merdu. Di balik melodinya yang menenangkan, terukir makna mendalam tentang kasih sayang, harapan, dan nilai-nilai luhur budaya Mandailing. Makalah ini mengupas makna teks Ende Bue dalam konteks masyarakat Mandailing di Kabupaten Tapanuli Selatan. Kajian ini menemukan bahwa Ende Bue-bue Papodong Anak merupakan perwujudan kasih sayang orang tua kepada anak. Liriknya sarat doa dan harapan untuk masa depan sang buah hati, diiringi nilai-nilai budaya seperti gotong royong, saling menghormati, dan pantang menyerah. Tradisi ini tak hanya sebagai media pengantar tidur, tetapi juga media hiburan, ekspresi emosional, dan pelestarian budaya. Upaya pelestarian Ende Bue perlu dilakukan melalui penanaman tradisi kepada anak sejak dini, dokumentasi, dan penyelenggaraan festival. Ende Bue-bue Papodong Anak adalah kekayaan budaya yang perlu dijaga, bukan hanya sebagai penutur mimpi indah bagi anak Mandailing, tetapi juga sebagai penjaga identitas dan karakter masyarakatnya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitis, yaitu menguraikan apa adanya dan menjelaskan secara mendalam mengenai bue-bue papodom anak dari sisi makna teks dan keberlanjutannya. Berdasarkan pendapat Nettl diatas, maka dalam penelitian ini penulis melakukan beberapa tahapan kerja yang terdiri dari studi kepustakaan, kerja lapangan, wawancara, pengamatan terlibat, perekaman, dan studi laboratorium. Berdasarkan dari hasil penelitian, bue-bue papodom anak adalah salah satu unsur yang digunakan pada saat melakukan tradisi papodom anak atau menidurkan anak. Papodom anak merupakan tradisi menidurkan anak dari Suku Mandailing yang telah berkembang sebelum masuknya teknologi di Tapanuli Selatan. Dalam pelaksanaan Tradisi papodom anak pada masyarakat Mandailing di Tapanuli Selatan dilakukan baik itu laki laki maupun perempuan yang sudah memiliki anak. Properti atau bahan yang dilakukan pada masa itu yaitu bue dari kain panjang. Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap makna bue – bue papodom anak pada masyarakat Mandailing di Tapanuli Selatan, penulis berpendapat bahwa kegiatan tradisi bue – bue papodom anak masih terus berlanjut. Tetapi kedua lagu Bue – bue papodom anak yang dibawakan oleh Bapak Bahraini Lubis dan Ibu Jentina Br. Silitonga versi tradisi sudah tidak banyak ditemukan lagi atau sudah hilang dengan digantikan Bue-bue papodom anak versi yang sudah ada penciptanya yaitu ciptaan Alm. M. Nasir Rambe dan bue – bue Papodom anak ciptaan A. Nazari Nasution.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
Copyright (c) 2024 Widiarso Pria Hasoloan Manalu

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work’s authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal’s published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).