Pelaksanaan Tradisi Posuo (Pingitan) sebagai Simbol Budaya Suku Buton Dusun Luhulama Negeri Iha Kecamatan Huamual Kabupaten Seram Bagian Barat
DOI:
https://doi.org/10.31004/jptam.v6i2.3733Keywords:
Tradisi, Posuo, Simbol BudayaAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tradisi posuo (pingitan) sebagai simbol budaya masyarakat suku buton di dusun luhulama, dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui Bagaimana proses tradisi posuo sebagai budaya masyarakat suku buton, Bagaimana makna simbolik tradisi posuo sebagai budaya pada masyarakat suku buton dan Bagaiman upaya pewarisan tradisi posuo pada masyarakat suku buton. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat kesadaran masyarakat Dusun Luhulama yang dilakukan mengungkapkan bahwa proses tradisi posuo budaya masyarakat suku buton. Monde dalam bahasa buton yang berarti mengislamkan (dengan cara dimandikan). Pada saat anak gadis memasuki usia 15 – 17 tahun atau ketika dia telah balig yang ditandai dengan menstruasi. Setelah dimandikan dengan air yang sudah dibacakan doa. Selain itu adapula makna simbolik tradisi Posuo sebagai budaya pada masyarakat suku buton. Simbol berupa tata cara pelaksanaan meliputi pokunde , pebaho, Berupa benda-benda perlengkapan meliputi suo (ruangan) belakang rumah, kain putih, daun laka. Adapula upaya pewarisan tradisi posuo pada masyarakat suku buton yaitu Tradisi ini masih dari sejak zaman nenek moyang sampai saat ini.
References
Alifuddin, M. (2015). No Title. 16 masyrakat suku botun masih memandang atau menilai upacara siklus posuo sebagai upacara yang penting untuk di laksanakan
Bandung : Remaja rosdakarya
Fariki. (2009). Mengapa Perempuan Buton dan Muna Dipingit? Kendari: Komunika.
K. Coomans, M. (1998). No Title. 73.yang merupakan gambaran pirilaku atau sikap
Muhammad Hasyim, M. s. (2020). RITUAL POSUO ‘ PINGITAN ’ PADA MASYARAKAT SUKU BUTON?: KAJIAN SEMIOTIKA ( RITUAL OF POSUO ‘ PINGITAN ’ FOR THE BUTONESS SOCIETY?: SEMIOTICS APPROACH ). October 2019, 2. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.18682.11207
Padalia, A., & Adat, U. (2015 1). POSUO PADA MASYARAKAT BUTON SULAWESI TENGGARA.
K. Coomans, M. (1998). No Title. 73.yang merupakan gambaran pirilaku atau sikap
Soekanto. (2007). No Title. 15.kebudayaan sebagai hasil karya,rasa,dan cipta masyrakat.
Sobur. (2006). Semiotika Komunikasi.
Sugiyono. (2014). Memahami penelitian kualitatif. Best Seler. Alfabeta. Bandung.
Syam. (2009). No Title. 42. mengungkapkan bahwa simbol sesuatu yang sangat berguna untuk melakukan komunikasi
Sztompka. (1981). No Title. 12.bahwa tradisi segala sesuatu yang di salaurkan dari masa lalu ke masa kini
Tutuarima, (2009). No Title.meskipun nilai -nilai budaya yang bersifat historis genealogis di antara mereka pun masih tetap diakui dan dijaga
Winataputra. (2012). pendidikan kewarganegaraan dalam . 57.
WJS.Poerwadarwinta. (1976). No Title. 556.kamus umum bahasa indonesia.PN Balai pustaka, jakarta
Wolio. (1987). No Title. 157.ruangan bagian belakang rumah
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
Copyright (c) 2022 Wa hariyati, Fricean Tutuarima, Aisa Abas
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work’s authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal’s published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).